Saturday, January 25, 2014

Corolla ? Its My Life


Corolla. Pertama mendengar kata itu semua orang pasti akan menunjuk suatu jenis merk mobil dari pabrik otomotif terbesar, Terkenal dan Terlaris di seluruh dunia, Toyota. Tetapi buat saya, Corolla adalah lebih dari sebuah merk mobil, Melainkan sudah menjadi teman dalam hidup saya selama 30 tahun.

Semua itu bermula ketika saya berumur 6 tahun, Almarhum bapak saya memiliki sebuah Corolla DX KE70 tahun 1983 berwarna Biru. Saat itu saya sering dbawa beliau jalan-jalan keliling komplek perumahan atau sekedar ikut membantu beliau mencuci si DX. Ya. saya semenjak 6 tahun sudah berkenalan dengan yang namanya Corolla. Biarpun mencuci hanya sekedar mengelap ato menyemprot saja ( dan malah membuat beliau tambah repot ), tapi saya selalu menunggu dan selalu bertanya kepada beliau, kapan si Biru akan dicuci lagi dan saya tidak akan pernah melewatkan -ikut- mencuci si Biru.
Saya ingat sekali masa-masa saya duduk tenang di kursi belakang ketika mobil berjalan dimana Interior berwarna cokelat dan bau orisinilnya (Alm Bapak saya paling tidak suka mobil diberi wangi-wangian) begitu melekat ketika si Biru digunakan menempuh Bandung-Jakarta melewati Puncak dalam rangka Lebaran. Takjubnya saya melihat si Biru menyalip bis-bis dan truk yang berjalan bak siput dalam menghadapi tanjakan. Dengan entengnya, walaupun menggunakan AC !. Belum lagi ketika jalan yang dihadapi bergelombang atau tidak rata. Saya merasa nyaman dan tidak mabuk darat apalagi sampai muntah ( saya pernah muntah-muntah ketika menggunakan Travel 4848, waktu itu Holden Kingswood, Bandung-Jakarta, melewati jalanan yang bergelombang dan...saya sukses memuntahi dasboard dan ibu saya ). Sayangnya setelah 3 Tahun bersama keluarga saya, Si Biru terpaksa dijual oleh Alm Bapak saya untuk membeli rumah. Waktu itu saya sedih dan menangis melihat Kunci si Biru diberikan Alm Bapak saya ke orang lain. Tapi saya ditenangkan oleh Beliau. Beliau janji akan ada pengganti si Biru.

Dan benar saja, selang beberapa bulan kemudian, Ketika saya pulang sekolah, saya melihat sebuah sedan hitam parkir di teras rumah. Begitu gagahnya mobil ini pikir saya. Saya baca tulisan di bagasinya : SE Saloon. Ya. Sebuah Corolla lagi datang mengisi tempat si Biru. Sebuah Corolla AE82 1986 SE Saloon berwarna hitam. Saya langsung berlari dengan girangnya ke dalam rumah dan meminta Alm Bapak untuk membukakan pintunya. Waktu itu daya senang bukan main, Saya langsung menghabiskan berjam-jam bermain di dalam Si Hitam.
Dengan si Hitam ini-lah saya sekeluarga pergi pertama kalinya ke Kebun Binatang Bogor. Dan seperti biasa, Kenyamanan khas Corolla. Empuk, Nyaman, dan bertenaga saat menghadapi jalan meliuk-liuk seperti ular. Dan malah, saya waktu itu merasa si Hitam ini lebih nyaman dari si Biru dan menurut alm Bapak saya, juga jauh lebih irit. Sesampainya di Kebun Binatang, saya dipercaya Ibu untuk membawa kamera kodak. Dan bukannya hewan-hewan disana yang saya foto, saya diam-diam kembali ke parkiran dan malah memfoto-foto si hitam. Ingat betul, saya dimarahi oleh Bapak saya karena menghabiskan 1 rol film isi 24 hanya untuk mengambil foto si Hitam. Saya selalu tertawa sendiri jika mengingat momen yang satu ini. Kemudian, setelah 3 tahun, Si Hitam akhirnya dijual (lagi) karena alm Bapak saya memutuskan ingin membeli sebuah mobil baru, bukan bekas seperti si Biru dan Si Hitam sebelumnya. Namun saya tidak sesedih seperti dulu, karena saya yakin dan tahu, Alm Bapak saya pasti akan membeli sebuah Corolla lagi.

Tahun 1989, Saya diajak Alm bapak dan Ibu saya ke Jakarta. Alasannya ingin mengunjungi saudara di Jakarta. Menggunakan Bus DAMRI, Saya sukses kembali mabuk darat dan muntah berkali-kali di dalam bus tersebut. Setelah beberapa jam lamanya (saya ingat betul rasanya seperti berhari-hari di dalam bus itu) Akhirnya sampai juga di Jakarta. Hari waktu itu masih siang namun mendung, cenderung mulai gerimis. Dari terminal, kemudian naik taksi. Saat itu saya sudah merasa tidak enak badan, rewel dan maunya ingin segera pulang. Tapi semua keinginan itu segera sirna begitu Taksi melambatkan jalannya dan berhenti di depan sebuah Showroom mobil. pandangan saya langsung terkunci pada sebuah sedan berwarna Perak. Begitu anggunnya mobil ini pikir saya. Badan saya yang terasa tidak enak dan kemauan ingin pulang langsung tidak terasa lagi begitu saya menyentuh mobil berwarna perak itu. Dan benar saja, Ibu saya bilang, ini adalah mobil barunya. Segera saya berlari ke belakang mobil tersebut dan membaca emblemnya : SE Limited. "Toyota Corolla SE Limited 1.6" saya membacanya keras-keras dengan gembiranya. Sebuah Corolla lagi akan mengisi rumah kami lagi. Dan kali ini lebih spesial, Karena Alm bapak saya berhasil membeli sebuah mobil baru. Saya pun secara tidak sadar, juga terpengaruh dan memperlakukan si Twincam dengan lebih hati-hati.
Twincam berwarna silver inilah yang menjadi Dasar kecintaan saya terhadap corolla. Dengan mobil ini berbagai macam acara keluarga dan acara rutinitas sehari-hari, Bapak praktek, mengantar ke sekolah, berlebaran ria dan mudik selalu menggunakan mobil ini. Sampai suatu ketika Alm Bapak diberikan vonis kanker, dan membutuhkan terapi di Jakarta. Twincam ini yang setia menghantarkan Alm Bapak saya berobat Bandung-Jakarta, Pulang pergi. Karena kondisi Alm sudah tidak memungkinkan menyetir luar kota akhirnya Ibu saya menggunakan sopir untuk menghantarkan kami pergi ke tujuan kami.
Waktu berjalan, saya sudah menginjak bangku SMP, Si Twincam masih menemani keluarga kami. Kondisi Alm Bapak saya mulai digerogoti oleh kanker. Alm makin kurus dan karena efek kemoterapi, tidak ada satu pun helai rambut di sekujur tubuhnya. Karena waktu itu saya masih hidup dengan ego sendiri (dan masih SMP tentunya) saya tidak mengetahui penderitaan Alm Bapak saya. Dan si Twincam hanya digunakan untuk menghantarkan beliau berobat saja ke Jakarta. Jika tidak berobat, hanya ditaruh di dalam garasi berbulan-bulan (Alm bapak terapi 3-6 bulan sekali). Waktu itu saya dipesankan oleh beliau untuk sekedar membersihkan debu si Twincam tapi tidak pernah sekalipun saya lakukan karena saya lebih peduli dengan dunia saya yang baru : Pubertas. Ya. Jaman-jaman cinta monyet. Saya pulang sekolah selalu pulang sore hari, shingga saya menjadi tidak memperhatikan Alm Bapak saya, apalagi si Twincam yang makin diselimuti debu tebal.

4 Tahun kemudian, Saya disibukkan dengan persiapan menghadapi UMPTN. Kondisi Alm Bapak saya semakin lemah dan semakin kurus. Tubuhnya habis dimakan sel-sel kanker. Alm Hanya bisa berbaring lemas di kamar. Senada dengan Alm, Twincam makin tak terurus, ban-bannya mulai kempes, dan aki sudah lama mati. Ibu saya juga sibuk fokus merawat Alm Bapak saya 24 jam. Tidak ada yang mengingat Twincam itu di dalam garasi yang perlahan-lahan menjadi gudang.
Suatu ketika Saya dan Ibu saya harus membeli obat di Apotik untuk Alm Bapak saya. Waktu itu sudah ada mobil lain, sebuah sedan non-Corolla, yang diberikan Alm Bapak saya ketika saya naik ke kelas 3 SMA. Ibu dan saya berangkat malam-malam ke apotik yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Begitu sampai depan rumah sepulangnya depan apotik. Saya dan Ibu kaget luar biasa dan tidak percaya apa yang ada di depan kami : Alm bapak saya sedang mencuci Twincam ! Dengan tangan kiri memegang botol infus, tangan kanan memegang sebuah lap, memakai sarung dan mengenakan kaus tipis melawan dinginnya udara malam, Beliau berusaha sekuat tenaga membersihkan debu-debu tebal di Twincam. Tanpa sadar saya menitikkan air mata. Beliau kecewa terhadap saya. Saya yang bertahun-tahun diberikan tugas merawat Twincam, Tidak dilaksanakan sama sekali. Sekali pun. Berbeda dengan saya, Ibu saya malah berdecak pinggang dan memarahi Alm beliau untuk segera masuk ke dalam rumah. Dengan tertatih dan saya bopong, Alm berjalan pelan masuk ke dalam rumah dan tidur setelah meminum obatnya. Detik itu juga, saya Melanjutkan pekerjaan Beliau : Mencuci Twincam. Saya tidak peduli jam berapa sekarang, yang penting Twincam harus bersih. Titik.
Beberapa bulan kemudian Pengumuman UMPTN dikeluarkan dan alhamdulilah, saya diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya. Dan saya pun bergegas segera mengurus perpindahan saya ke surabaya untuk melanjutkan pendidikan.
1 Tahun kemudian, Ketika saya menginjak semester 2 akhir, saya mendapat telepon dari Ibu saya di rumah : Bapak meninggal. Malam itu juga saya langsung pulang ke Bandung tanpa mempedulikan esoknya ada ujian kenaikan semester.

Waktu terus berjalan. Tahun ketiga saya di Surabaya, saya sempatkan diri pulang ke Bandung untuk menemani Ibu. Dan karena Ibu sudah agak sentimen dengan Twincam, Ibu selalu ingin menjualnya bahkan kepada sapa saja yang mau dengan harga murah. Tapi selalu saya larang untuk dijual. Waktu itu saya hanya sempatkan menutupi Twincam dengan cover 2 lapis supaya Ibu tidak melihatnya. Saat itu juga, saya dan Ibu memutuskan membeli mobil baru, selain Twincam. Dan seperti biasa, saya segera memilih All New Corolla AE110 SEG 1996 berwarna hijau untuk transportasi baru keluarga saya. Saya yakin, Corolla tidak ada matinya. Reliability dan Durabilitynya tidak ada lawannya. Mungkin Alm Bapak saya juga tersenyum di atas sana melihat anaknya megikuti jejaknya dalam melanjutkan generasi Corolla.
Karena 1 dan lain hal (mobil non-Corolla saya terkena kecelakaan), si Hijau diboyong saya ikut ke Surabaya. Disinilah saya benar-benar membuktikan dan melihat dengan mata kepala sendiri, betapa tangguhnya Corolla melewati Banjirnya jalan-jalan di Surabaya, melewati Lumpur porong lapindo yang waktu itu sudah setengah ban, melewati terjalnya jalan di Batu, Malang dan takjub betapa iritnya Corolla dipakai trans antar kota di Jawa Timur. Begitu berbeda dengan mobil non-Corolla saya. Ketika itu saya masih menjadi anak kost dan kuliah sambil kerja di sana-sini. Corolla ini bisa dibilang rumah ketiga saya (setelah rumah Bandung dan kost tentunya). Dengan Corolla inilah saya mengalami berbagai macam Insiden. Ditabrak motor berkali-kali, disundul dari belakang, ditabrak ketika parkir, dan yang paling mantap beradu dengan sebuah sedan eropa gara-gara si sedan eropa mengambil jalan saya ketika sedang menyusul mobil di depannya, dan tetap tidak mengalami kerusakan berarti. Bahkan dengan bemper sobek menggerus aspal, lampu-lampu pecah dan kap berbentuk huruf A, si Hijau masih bisa berjalan hingga 2 km ke kantor polisi terdekat. Hebat. Ternyata selain Kijang, Toyota berhasil membuat sebuah kendaraan tahan banting kembali : Corolla.

8 Tahun sudah saya menempuh pendidikan di Surabaya. Dan saya pun akhirnya kembali ke Bandung. Sesampainya di Bandung saya memiliki keinginan : Hidupkan Twincam. Sesuai permintaan terakhir Alm bapak, "Rawat Twincam". Segera saya membongkar pintu garasi yang sudah bertahun-tahun tidak dibuka dan menyingkap selimut cover si Twincam setelah menyingkirkan berbagai macam benda ; kardus-kardus, payung, pot bunga, dan barang-barang bekas lainnya di atas Twincam. Begitu terbuka, Kembali mata saya terasa panas ingin menangis. hampir sekujur Bodi Twincam berkarat, Ban habis tinggal velg besi yang juga berwarna merah kehitaman karena dimakan karat. lampu2 retak atau pecah karena mungkin terkena barang-barang yang diletakkan seenaknya di atas Twincam. Dan hampir menangis saya ketika melongok ke dalam interiornya : dasboard, setir, jok rusak bolong-bolong, sepertinya para tikus sudah memilih hidup beranak-pinak di dalam Twincam. Tidak butuh waktu lama, dengan Allnew Corolla yang baru sampai dari Surabaya, saya langsung survei ke beberapa bengkel Cat di kota Bandung. Segera Saya menyewa mobil derek untuk mengeluarkan Twincam dari 'kuburannya' selama bertahun-tahun. Ternyata. Disini kembali saya dibuat takjub oleh Corolla. Oleh mekanik dereknya, cukup dengan mengganti aki dan membersihkan beberapa bagian, karburator, busi-busi, dan filter bensin, begitu Distarter. "Grengggg.." Hidup ! Twincam yang sudah bertahun-tahun terbujur kaku di garasi merangkap gudang bisa hidup dengan mudahnya ! tanpa sadar saya menitikkan air mata melihat kepulan asap hitam knalpot Twincam membumbung memenuhi garasi. Namun tidak sampai beberapa menit, mesin kembali mati dan tidak bisa dihidupkan kembali. Menurut mekaniknya mungkin sudah ada kabel-kabel yang rusak digerogoti tikus. Kesimpulannya waktu itu : Mesin diturunkan di bengkel mesin dan Bodinya dihantarkan ke bengkel cat. Tapi saya sudah bahagia bercampur takjub. Dengan melihat Twincam bisa hidup, walaupun untuk beberapa menit saja, saya tahu. Twincam ini ingin kembali Hidup, menghantarkan majikannya seperti dahulu kala. Saya bertekad akan mengembalikan twincam ini kembali seperti sedia kala. saya tidak habis-habisnya berpikir : Betapa hebatnya mesin Corolla setelah mati tahunan bisa dengan mudahnya hidup. Walaupun untuk beberapa menit saja. Bravo Corolla !

2014. Ketika saya membuat Cerita ini, Saya sekarang memiliki 3 Corolla. Corolla Twincam 1988 SE Limited AE92, Allnew Corolla 1996 AE110, dan Corolla GL 1984 AE80. Saya bekerja sebagai dokter umum di Bandung dan mempunyai kerja sampingan berbasis kecintaan saya dengan corolla : berjualan parts Corolla, baik dalam maupun versi luar negeri. Saya juga sudah menikah dan sedang menunggu kelahiran Anak pertama saya, yang Alhamdulilah menurut USG berjenis kelamin laki-laki, Sehingga generasi Corolla pun bisa diteruskan ke anak saya nanti. Nama yang dipersiapkan pun juga berbau-bau Corolla. Hehe. O'ya Twincam sekarang sudah 100% sehat. Sudah beberapa kali diliput Media otomotif dan Puluhan kali ditawar orang pula. Alhamdulilah. Ketika saya mau menikah, Twincam juga digunakan untuk Pre-Wedding saya di Jakarta dan Bandung. Rencana awal semestinya digunakan untuk mobil Pengantin saya, namun karena acara resepsi dilakukan di Surabaya, jadi tidak lah mungkin Twincam diboyong kesana hanya untuk Mejeng di depan gedung resepsi. Cukup dengan memajang foto prewednya saja saya juga sudah puas. Setidaknya bisa menunjukkan ke para tamu yang datang, Inilah bukti saya besar bersama Corolla, baik sedih, senang, bahagia maupun duka. Corolla tetap menemani saya bagaimana pun adanya. Insyallah jika ada rejeki lebih dan diijinkan istri saya tentunya, saya ingin menambah Corolla Saya lagi. Amin.

Terimakasih Toyota, Telah membuat sebuah kendaraan yang tangguh segala medan dan bisa dipercaya. Bravo Corolla !



Bagi yang masih baru atau penasaran dengan Corolla, bisa mengunjungi http://www.toyota.astra.co.id/product/corolla










No comments:

Post a Comment